Skip to Content

Mari Berbenah, Mulai dari Diri Sendiri

August 13, 2025 by
Mari Berbenah, Mulai dari Diri Sendiri
Andi Marlina

OPINI-​Berterus terang, banyak dari kita masih mengajar seperti masa lampau, ceramah satu arah, slide daur ulang, contoh kasus yang tidak mutakhir, dan penilaian yang lebih menakar hafalan ketimbang nalar. Rubrik sering samar, umpan balik terlambat, dan beban tugas mahasiswa tidak sebanding dengan capaian yang dituju. Di beberapa kelas, budaya bertanya belum aman, kritik dianggap pembangkangan, bukan tanda berpikir. Integritas akademik pun kerap hanya jargon, plagiarisme dibiarkan, kolaborasi tanpa atribusi diabaikan, sementara pemanfaatan AI tidak diberi pagar etis yang jelas. Ini semua bukan sekadar kekurangan teknis, ia cermin dari kebiasaan yang enggan berubah.

​Kita mudah menyalahkan kurikulum, akreditasi, atau birokrasi, tetapi bila dibedah, problem utamanya kerap mikro, tujuan belajar tidak terukur, tugas tidak autentik, asesmen tidak selaras dengan CPMK, dan kelas tidak dirancang untuk partisipasi bermakna. Karena itu, sebelum menuntut sistem, lakukan audit diri sederhana. Tidak perlu menunggu pelatihan besar, revisi kecil yang konsisten setiap pekan lebih berdampak daripada wacana panjang yang tak kunjung dieksekusi.

​Menjadi dosen bukan sekadar gelar akademik di belakang nama, melainkan ikrar untuk terus bertumbuh. Kita sering menuntut sistem untuk berubah, kurikulum yang terlalu padat, birokrasi yang melelahkan, fasilitas yang tak selalu ideal. Namun, perubahan paling cepat justru berawal dari cermin di meja kerja kita. Berbenah berarti berani mengakui kekurangan, menata ulang prioritas, dan mengambil langkah kecil yang konsisten. Alih-alih mencari kambing hitam, mari menjadikan diri sendiri titik pangkal perbaikan.

​Benahi kelas. Periksa kembali RPS, apakah CPL dan CPMK benar-benar terukur, atau hanya deretan kata manis? Ubah “ceramah tunggal” menjadi pengalaman belajar aktif, diskusi berbasis kasus, penugasan autentik, dan praktik refleksi singkat di akhir pertemuan. Gunakan rubrik penilaian yang transparan dan bagikan sejak awal, mahasiswa berhak tahu standar kualitas yang kita harapkan. Terapkan umpan balik cepat dan spesifik, lebih baik ringkas namun tepat sasaran daripada panjang tapi telat.

​Tata ulang kebiasaan kerja. Sisihkan satu jam “deep work” tanpa notifikasi setiap hari, jadwalkan konsultasi mahasiswa secara teratur. Minta dan berikan peer-observation di kelas, umumkan niat belajar, bukan pamer. Simpan jurnal refleksi mengajar, apa yang berhasil hari ini, apa yang perlu diubah besok. Kepemimpinan akademik dimulai dari mengelola diri, kita tidak bisa memimpin kurikulum jika kewajiban dasar masih tertunda.

​Akhirnya, mari berhenti menunda dengan alasan “menunggu sistem membaik”. Perubahan struktural memang penting, tetapi martabat profesi kita tumbuh dari keputusan harian yang sederhana, memperbarui materi, memberi umpan balik tepat waktu, menolak jalan pintas, dan terus belajar. Jika setiap dosen memilih satu kebiasaan baik untuk dibangun selama empat belas hari ke depan, ekosistem kampus akan bergerak pelan, pasti, dan bermakna. Mari berbenah, mulai dari diri sendiri, sekarang.